Selasa, 07 Februari 2017

Cengkeh Jadi Komoditi Andalan Masyarakat Pulau Lemukutan

 Cengkeh Jadi Komoditi Andalan Masyarakat Pulau Lemukutan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) Kalbar mengadakan media ghatering.
Sebanyak 20 wartawan dari berbagai Media di Pulau Lemukutan Kecamatan Sei Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalbar 24-26 Januari 2017.
Setibanya rombongan para wartawan tiba di Pulau yang berpenduduk lebih dari 1400 jiwa tersebut, sangat menyengat aroma khas rempah yang menjadi komoditi andalan penduduk setempat.
Aroma khas tersebut berasal dari cengkeh yang dijemur oleh warga untuk dikeringkan. Karena menurut warga setempat saat ini sedang panen raya untuk cengkeh tersebut.
Satu diantara warga yang diwawancarai Tribun Pontianak Tanto Paryadi (60), yang memiliki kebun cengkeh dan saat ini sedang melakukan panen raya.
"Kalau disini semua punya batang cengkeh, dan tergantung banyak sedikitnya saja. Tapi semuanya punya batang cengkeh," ucapnya.
Paryadi menuturkan jika ia sendiri mempunyai sekitar 500 batang cengkeh yang panen dan saat ini ia memperkerjakan 10 orang karyawan untuk melakukan panen tersebut. Sedangkan untuk gaji karyawan ia sebutkan Rp 7 ribu perkilo dari yang didapatkannya. Orang yang diperkerjakannya juga berasal dari Kabupaten Sambas.
Ia menjelaskan jika siklus panen cengkeh satu tahun sekali dan ia pun mengatakan kalau dari 500 batang yang dimilikinya bisa menghasilkan sekitar 4 ton cengkeh kering.
"Saat ini harga perkilonya kalau yang kering Rp 82 ribu dan yang basah Rp 25 ribu," ujarnya.
Namun diaukinya pada tahun lalu harga cengkeh yang kering sempat melonjak ke harga Rp 120 ribu perkilonya.
Ia mengaku kalau pohon cengkeh tersebut bisa hidup diatas 100 tahunan, dan saat ini pohon yang ia miliki telah berumur lenih dari 40 tahun.
Selain itu ia juga mengaku kalau ia telah bergelut dengan dunia cengkeh sudah lebih dari 45 tahun.
Warga lainnya, Hamdani (48), yang menuturkan jika ia sendiri memiliki 50 batang cengkeh yang sedang dipanen.
"Saya punya 50 batang dan saat ini sedang panen. Kalau panen itu setahun sekali tapi kalau panen raya itu dua tahun sekali," ucapnya.
Dijelaskannya juga bahwa siklus panen raya terjadi dua tahun sekali karena, pas panen raya banyak dahan yang patah dan rusak karena terlalu banyak kembang cengkehnya.
Diakui Hamdani jika ia sendiri telah mengenal cengkeh sejak dari kecil, karena mulai dari kakek dan neneknya dahulu sudah bertani cengkeh.
"Cengkeh inikan satu tahun sekali, tapi pekerjaan orang-orang disini setiap harinya adalah nelayan kalau cengkeh ini kita ada tungguan setiap tahun," ucapnya.
Selain itu saat panen raya seperti ini, dengan hanya 50 batang cengkeh yang ia miliki bisa menghasilkan 2 ton cengkeh basah dan saat keringnya ia katanya sekitar 600 Kg. Karena cengkeh basah akan menyusut 70 persen ketika kering.
Zeki (38), yang juga merupakan masyarakat setempat sambil memisahkan antara bunga dan tangkai cengkeh menuturkan jika ia sudah lama melakukan aktivitas sarupa.